Sabtu, 21 Juni 2014

Perantau.

            Tidak ada yang lebih nyaman daripada Rumah. Ini tahun ketiga dimana saya tidak ada di tengah-tengah keluarga saat sahur pertama. Tentu saja saya tidak sendiri. Teman-teman saya lainnya yang berada jauh dari rumah pasti sudah merasakan hal yang sama. Terkadang juga saya berpikir betapa beruntungnya teman-teman saya yang tidak perlu repot-repot mencari kos-kosan atau kontrakan untuk ditinggali. Bukan. Saya bukan mau mengeluhkan jalan yang saya pilih. Saya hanya ingin bercerita apa yang saya atau para perantau lain rasakan saat jauh dari rumah.
            Saya tau resiko dari jalan yang saya pilih. Untuk itu saya harus mempersiapkan diri, suka – tidak suka harus tetap saya hadapi. Bisa dibilang cobaan hidup juga. Hahaha. Tapi banyak yang saya dapatkan saat jauh dari rumah. Pelajaran berharga tentang hidup. Saya tiak tau dengan yang lain, tapi saya memetik banyak pelajaran disini.
            Banyak teman yang saya jumpai disini dari berbagai daerah; entah dari penduduk asli sini atau pun sama-sama perantau. Pengalaman adalah guru terbaik. Itu pepatah yang sekiranya tepat untuk saya. Saya pernah mengartikan ‘jauh dari rumah’ sebagai sebuah kebebasan dan menggunakan ‘status’ itu untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Itulah kenapa saya tidak pernag berani membicarakan soal kampus ketika pulang.
             Sampai suatu hari, entah ilham dari mana membuat saya membuka mata selebar mungkin. Saya sama sekali tidak menyesal. Bukan karena saya terlalu sombong untuk itu, tapi coba kalian pikirkan lagi; apakah semuanya akan kembali menjadi baik jika saya menyesalinya? Tentu tidak. Itu hanya buang-buang waktu. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya ini suka berpikir. Mungkin lebih tepatnya terlalu banyak berpikir. Segala sesuatu yang menurut mereka tak perlu saya pikirkan, tetap saja saya memikirkannya.
            Dari situlah perlahan saya mulai berniat memperbaiki diri. Membosankan jika terus-terusan menjadi diri anda yang cuman segitu-segitu saja. Pernahkah kalian berpikir akan hal itu? Bukan penampilan yang saya maksut -_- tetapi sifat kalian! Sifat kalian yang menentukan tindakan kalian sendiri. Mungkin belum sekarang. Tapi nanti kalian sendiri akan memikirkannya. Dan tidak ada salahnya jika dicoba. Sebelum terlambat.
            Oke, kembali ke topik awal. Saya ini perantau yang sudah hampir gila menunggu libur untuk segera pulang. Saya ulangi : TIDAK ADA YANG LEBIH NYAMAN DARIPADA RUMAH ! TIDAK ADA ! kalian boleh mencari dan memukul saya jika pernyataan saya salah atau berlebihan. Tapi pastikan kalian bukan perantau seperti saya.
            Dan apa yang dipikirkan oleh perantau-perantau senior sebelum saya atau teman-teman saya lainnya? Kami ingin membawa hasil terbaik ketika pulang. Yah, ini terdengar kuno. Saya tau. Tapi ini juga yang akan di setujui setiap perantau atau para calon perantau. Sekedar saran, jangan juga mematok harga mati pada kata HARUS. Kalian salah jika kalian memakai kata itu dalam menjadi seorang perantau. Tapi, jika kalian seorang yang pekerja keras itu tidak akan jadi masalah. Yang akan jadi masalah jika itu terjadi pada para perantau seperti saya ini. Kata itu terlalu memaksa, dan itu akan membuat hidup kita terbebani.

            Santai sajalah, sekalipun kalian sudah di teror oleh petuah dari orang tua kalian tetap santai dan jalani yang terbaik dari kalian. Pasang diseluruh penjuru kamar kalian tujuan kalian menjadi seorang perantau. Ingat ! jangan gunakan kata HARUS. Itu kata keramat yang boleh digunakan pada kalimat-kalimat terdesak dalam hidup kalian. Selain itu, jangan coba gunakan. Itu hanya membuat kalian gila. Bernafaslah sebagai mana kalian harus bernafas. Jangan terjebak dengan kesenangan sesaat. Ingat tujuan kalian ! Semangat ! Bawa pulang yang terbaik dari kalian ! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar