Sebagai manusia dan rakyat biasa,
bahkan terlalu biasa untuk didengar suara saya ini. Dan sebagai manusia si
pengkritik pula mungkin tulisan yang tidak ada artinya ini bisa kalian baca,
yah namanya juga manusia hanya bisa memberi ‘kritikan’ tanpa tau apakah yang di
kritik setuju dengan pendapat sebelah mata ini.
Tulisan ini saya ketik saat membaca
sebuah novel karya seorang novelis no.1 di Indonesia, Habiburrahman El Shirazy
atau yang di akrab dipanggil Kang Abik. Saya bahkan belum menyelesaikan bacaan
saya ketika memulai ketikan kritik tanpa arti ini. Tapi, saya sangat
bersemangat untuk menulis tentang ini. Dari salah satu novel karya terbaiknya
yang saya baca saat ini adalah BUMI CINTA.
Saya tertarik pada percakapan antara
Ayyas; seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan tesis di Rusia, dengan seorang Guru Besar Sejarah Asia Tengah,
Profesor Abramov Tomskii. Dari percakapan mereka yang menyebutkan bahwasanya
Jepang adalah Negara yang sangat bergantung pada Negara kita, yah Indonesia.
Bahkan sang Profesor juga mengatakan; jika Negara kita akan di serang,
Jepanglah Negara pertama yang akan membela Indonesia, kesimpulan tersebut di
sebutkan berdasarkan prediksi data yang telah beliau kumpulkan.
Dan pula penjelasan dari Profesor
yang menyebutkan ‘Kalau Indonesia chaos, perekonomiannya
ambruk, maka orang-orang Jepang tidak akan bisa makan. Indonesialah yang
menghidupkan industri Jepang. Bahan-bahan baku industri Jepang paling besar
didatangkan dari Indonesia. Batu bara, biji besi, tembaga, nikel, semua dari
Indonesia. Dan hasil industri Jepang paling besar dibuang ke Indonesia. Coba
kau hitung berapa ribu kendaraan roda dua setiap harinya yang dibeli orang
Indonesia dari Jepang. Belum kulkas, mesin cuci, televisi, telepon, dan
peralatan elektronik lainnya. Indonesia adalah tempat Jepang mengeruk uang,
juga tempat Negara kapitalis lainnya mengambil keuntungan. Dua ratus tiga puluh
juta adalah pasar yang sangat besar. Sekali lagi sangat besar.” (2010:80)
Saya pun mulai berpikir, begitu
banyak sindiran halus akan SDA yang ada di Indonesia tetapi kenapa terlihat
seperti angin lembut yang menepuk mesra telinga para pemimpin kita? Tidak
perlulah saya jelaskan panjang lebar maksut dari pernyataan sang Profesor dan
ketertarikan saya untuk menulis ini. Bukan hanya dari novel yang saya baca ini,
mungkin dari kalian juga tidak sengaja menemukan pernyataan yang menyatakan
keindahan Negara kita namun ‘diperbudak’ oleh Negara lain, dari bacaan-bacaan
lainnya. Saya akui saat mengetik tulisan ini, saya sedang berapi-api. Bukan
karena bersemangat atau berbangga hati Negara kita di sanjung diberbagai
kesempatan dalam sebuah maha karya seperti ini, akan tetapi saya berapi-api
karena saya bingung akan kebebalan telinga para pemimpin kita. Apa sebenarnya
yang mereka mau?
Yah, kembali lagi ke awal ini hanyalah
ketikan kritik tanpa arti dan tanpa maksut apa-apa. Saya hanya ini menulisnya,
entah atas dasar apa. Tangan ini yang menari menyalurkan irama pemikiran tak
seberapa dari otak ini. Masihkah kita dapat menyelamatkan kekayaan Negara kita
ini? Sebelum habis di keruk para Negara kapitalis itu? Lantas, seperti apa
bayangan anda tentang Negara kita ini? Prediksi kalian beberapa tahun kedepan
mungkin. Yang jelas, doa terbaik saya bisikkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
kembali meniupkan angin lembut yang akan menggerakan para pemimpin dan pejabat
Negara kita ini, untuk mereka yang baik selalu dilindungi dan diberkahi untuk
menjalankan tugas mulia mereka, dan untuk mereka yang kurang baik segera
disadarkan dan bergerak menuju kebaikan demi bangsa, Negara, dan agama. AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar