Selasa, 19 November 2013

FEATURE : Presiden 32 tahun kita, di rindukan (?)


Soeharto adalah Presiden kedua Indonesia periode 1967-1998, beliau juga merupakan pemimpin militer pada masa kependudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat Mayor Jendral. Beliau memiliki jasa besar dalam bidang militer, mengambil alih angkatan darat ketika meletusnya G-30-S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965.
Soeharto membangun negara yang stabil, mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur dalam masa kekuasaanya yang disebut Masa Orde Baru. Dalam kepemimpinan beliau dalam dunia politik Indonesia secara dramatis mengubah kebijakan dalam negri dan luar negri, dan mengajukan negara kita sebagai anggota PBB pada tanggal 19 september 1966 adalah bukti kebijakan pertama yang dilakukannya.
Pada tahun 1998 adalah masa yang begitu kelam bagi sang Presiden dan Indonesia mulai memasuki masa reformasi, terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh Mahasiswa yang rakyat yang mengaku tidak puas terhadap kinerja sang Presiden serta tidak terkendalinya ekonomi dan stabilitas politik Indonesia.
Hingga akhirnya pidato yang berintikan pernyataan pemberhentian beliau sebagai presiden RI pun diumumkan pada tanggal 21 Mei 1998. Mundurnya sang presiden pun menjadi akhir perjalanan dari masa Orde Baru, suatu rezim yang berkuasa selama 32 tahun lamanya.
Sepeninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini, pria kelahiran 8 Juni 1921 ini menjadi koruptor terkaya di Dunia, diikuti dengan mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan mantan diktator Zaire Mobutu Sese Seko yang menempati urutan kedua dan ketiga. Nilai korupsi mereka terpaut lumayan jauh dari Soeharto yang mencapai US$ 15-35 miliar dengan dugaan kuat hasil dari jarahan selama 32tahun (bersumber Transparency Internasional. Semua jumlah kekayaan yang disebutkan adalah perkiraan nilai korupsi berdasarkan data penggelapan dana publik).
Namun, terlepas dari kasus hukum yang membayangi sosok Soeharto, tidak dapat kita pungkiri, masa kepemimpinan beliau adalah zaman keemasan bagi bangsa Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, kebutuhan pokok yang murah, dan turut mensejahterakan para petani dengan menjadikan negara ini negara mengimpor beras.
Masyarakat sekarang mulai membandingkan presiden kita SBY dengan Soeharto, penyesalan dan kerinduan pun muncul sedikit demi sedikit di wajah para rakyat. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Hanya jasa-jasa besarnya (diluar gemelut kasus korupsinya), beliau memiliki jasa yang besar untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional.
Sekarang kita hanya dapat mengenang jasa beliau dan terus merindukan ‘kestabilan ekonomi dan politik’ negara ini. Karena berbicara pun terasa percuma. Kita hanya butuh menghargai jasa beliau, bukan hanya mencaci maki beliau atas kesalahan yang sampai sekarang belum terbukti kebenarannya hanya berupa perkiraan semata. Dan kenapa juga kita harus terprovokasi dan fokus dengan ‘kesalahan’ beliau yang belum terbukti?
Tulisan ini tidak bertujuan untuk ‘membela’, namun hanya ingin sekedar mengingatkan pada kalian, semua jasa yang sempat terlupakan ini.
Selamat jalan Bapak, jasamu akan selalu ku kenang. Trimakasih untuk semua yang engkau lakukan untuk negara ini... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar