Soeharto adalah Presiden kedua Indonesia
periode 1967-1998, beliau juga merupakan pemimpin militer pada masa
kependudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat Mayor Jendral. Beliau memiliki
jasa besar dalam bidang militer, mengambil alih angkatan darat ketika
meletusnya G-30-S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965.
Soeharto membangun negara yang stabil, mencapai
kemajuan ekonomi dan infrastruktur dalam masa kekuasaanya yang disebut Masa
Orde Baru. Dalam kepemimpinan beliau dalam dunia politik Indonesia secara
dramatis mengubah kebijakan dalam negri dan luar negri, dan mengajukan negara
kita sebagai anggota PBB pada tanggal 19 september 1966 adalah bukti kebijakan
pertama yang dilakukannya.
Pada tahun 1998 adalah masa yang begitu
kelam bagi sang Presiden dan Indonesia mulai memasuki masa reformasi, terjadi
demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh Mahasiswa yang rakyat yang
mengaku tidak puas terhadap kinerja sang Presiden serta tidak terkendalinya
ekonomi dan stabilitas politik Indonesia.
Hingga akhirnya pidato yang berintikan
pernyataan pemberhentian beliau sebagai presiden RI pun diumumkan pada tanggal
21 Mei 1998. Mundurnya sang presiden pun menjadi akhir perjalanan dari masa
Orde Baru, suatu rezim yang berkuasa selama 32 tahun lamanya.
Sepeninggalan Soeharto masih diperdebatkan
sampai saat ini, pria kelahiran 8 Juni 1921 ini menjadi koruptor terkaya di
Dunia, diikuti dengan mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan mantan
diktator Zaire Mobutu Sese Seko yang menempati urutan kedua dan ketiga. Nilai
korupsi mereka terpaut lumayan jauh dari Soeharto yang mencapai US$ 15-35
miliar dengan dugaan kuat hasil dari jarahan selama 32tahun (bersumber
Transparency Internasional. Semua jumlah kekayaan yang disebutkan adalah
perkiraan nilai korupsi berdasarkan data penggelapan dana publik).
Namun, terlepas dari kasus hukum yang
membayangi sosok Soeharto, tidak dapat kita pungkiri, masa kepemimpinan beliau
adalah zaman keemasan bagi bangsa Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang stabil,
kebutuhan pokok yang murah, dan turut mensejahterakan para petani dengan
menjadikan negara ini negara mengimpor beras.
Masyarakat sekarang mulai membandingkan
presiden kita SBY dengan Soeharto, penyesalan dan kerinduan pun muncul sedikit
demi sedikit di wajah para rakyat. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Hanya
jasa-jasa besarnya (diluar gemelut kasus korupsinya), beliau memiliki jasa yang
besar untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional.
Sekarang kita hanya dapat mengenang jasa
beliau dan terus merindukan ‘kestabilan ekonomi dan politik’ negara ini. Karena
berbicara pun terasa percuma. Kita hanya butuh menghargai jasa beliau, bukan
hanya mencaci maki beliau atas kesalahan yang sampai sekarang belum terbukti
kebenarannya hanya berupa perkiraan semata. Dan kenapa juga kita harus
terprovokasi dan fokus dengan ‘kesalahan’ beliau yang belum terbukti?
Tulisan ini tidak bertujuan untuk
‘membela’, namun hanya ingin sekedar mengingatkan pada kalian, semua jasa yang
sempat terlupakan ini.
Selamat jalan Bapak, jasamu akan selalu ku
kenang. Trimakasih untuk semua yang engkau lakukan untuk negara ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar